Grandsehat.co.id – Pada buku manual atau pedoman pemilik kendaraan biasanya tertera batas maksimal beban yang bisa diangkut di dalam kabin. Fungsinya satu, untuk mencegah kerusakan dini pada komponen kaki-kaki dan terjadinya kecelakaan akibat kelebihan muatan.
Namun celakanya masih banyak yang menghiraukan anjuran pada buku petunjuk tersebut. Hal ini dapat terlihat pada beberapa kendaraan yang suspensinya amblas, sampai-sampai lingkar fender hampir menempel dengan ban.
Bahkan untuk mobil yang dikenal punya kaki-kaki yang kuat, tapi sering mengalami hal demikian, pasti sektor kaki-kaki akan kena imbasnya.
Ada gejala yang dapat dirasakan ketika suspensi mobil mulai mengalami kerusakan.
Kalau suspensi mulai rusak itu gejala yang dirasakan mobil terasa limbung, nah itu karena spooring-nya enggak benar atau perbedaan tekanan ban bagian kiri dan kanan, imbasnya ke suspensi.
Secara visual, kerusakan suspensi juga dapat dilihat. Umumnya ada rembesan oli karena seal-nya sudah rusak, jadi bisa dikatakan sama seperti mendeteksi kerusakan suspensi pada motor.
Mau rusaknya suspensi bagian depan atau belakang, cara untuk mengeceknya sama.
Cara ceknya setelah mobil diangkat, bisa dilihat bocor atau enggak suspensinya, biasanya ada rembesan di bagian bawah absorber-nya, kalau udah ekstrim banget tempel pakai jari kelihatan rembesannya.
Begitu juga depan, kalau rembesnya kelihatan, langsung ganti, tapi memang kebanyakan belakang, karena katakanlah Avanza, banyak pemiliknya yang bawa barang berlebih sampai ujung depannya ngangkat kan, kemudian berayun, nah kondisi itu yang bikin cepat rusak absorber-nya.
Bila terjadi hal demikian, maka jalan satu-satunya adalah mengganti suspensi yang rusak tersebut. Syukur-syukur masih masuk periode garansi, sebab bila tidak, kocek yang harus dikeluarkan bisa hampir menyentuh Rp 1 juta untuk dua buah shockbreaker belakang.